![]() |
Proses pembuatan karya yang akan ditampilkan di Belgia |
Daily Lombok Utara - Di tengah keterbatasan dukungan, komunitas seni Pasirputih dari Lombok Utara membuktikan bahwa kerja budaya tidak mengenal batas. Pada 26–27 September 2025 mendatang, Pasirputih akan tampil di festival internasional Shhh 2025 di Ostend, Belgia, membawa proyek WARAN—sebuah upaya membingkai ulang cerita rakyat Lombok Utara ke panggung dunia. Tradisi tutur Sasak, yang dikenal dengan istilah waran—nasihat, petuah, dan dongeng yang diwariskan dari generasi ke generasi—dihadirkan dalam bentuk film, komik, musik, hingga soundscape.
Dengan cara ini, Pasirputih tidak hanya merawat ingatan kolektif, tetapi juga memperlihatkan kepada dunia bahwa cerita rakyat Lombok Utara mampu berbicara dalam bahasa universal seni.
Tim yang berangkat mewakili Pasirputih ke Belgia adalah hasil dari kerja panjang hampir setahun, berkeliling Lombok Utara untuk bertemu para tetua, mendengar cerita-cerita lisan, dan mendokumentasikan tradisi yang mulai jarang dipraktikkan. Dari Bayan hingga Kayangan, dari Tanjung hingga Pemenang, perjalanan ini membentuk sebuah tim yang bukan hanya bekerja, tetapi juga merawat ingatan bersama.
![]() |
Proses pembuatan karya film |
Adapun tim yang dimaksud adalah: Muhammad Sibawaihi – Produser, yang mengarahkan jalannya riset dan produksi agar setiap temuan bisa dirangkai menjadi karya yang utuh. Alya Maolani – Sutradara, yang menerjemahkan kisah lisan menjadi bentuk visual agar bisa dinikmati lintas generasi dan lintas budaya. Martini Supiana & Ibu Saadah– Pendongeng (Pewaran), yang menghadirkan kisah-kisah dengan kekhasan tutur, dialek dan idiom bahasa Lombok Utara. Muhammad Rizal – Musisi Tradisional, yang merangkai bunyibunyi khas Lombok Utara menjadi iringan yang menghidupkan suasana cerita.
Mereka bukan sekadar delegasi seni, melainkan perwakilan dari proses panjang sebuah komunitas untuk memastikan bahwa cerita rakyat Lombok Utara tetap memiliki ruang di masa depan—dan kini, mendapat kesempatan untuk diperdengarkan di panggung internasional.
Sejak berdiri pada tahun 2010, Pasirputih konsisten bergerak dalam riset, pengarsipan, dan produksi pengetahuan seni-budaya. Tanpa dukungan pemerintah daerah, langkah mereka ke Belgia justru mempertegas pesan: budaya Sasak bisa maju karena inisiatif masyarakatnya sendiri.
Kehadiran Pasirputih di Shhh 2025 menjadi tonggak penting—anak-anak muda Lombok Utara kini tampil sebagai duta budaya yang menunjukkan pada dunia bahwa kekayaan lokal bisa menjadi inspirasi global.
![]() |
Proses pembuatan komik Waran |
"Jika tidak ada kendala, insyaAllah kami akan berangkat tanggal 22 September,” ujar Muhammad Sibawaihi, produser sekaligus perwakilan Pasirputih, Rabu (3/9/2025).
Ia menambahkan, tim yang akan berangkat ke Belgia tidak hanya sekadar tampil, melainkan membawa misi budaya.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Lombok Utara tidak hanya punya pantai dan gunung yang indah, tapi juga warisan cerita rakyat, musik, dan tradisi lisan yang berharga. Inilah bagian dari identitas kita, dan kami bangga bisa memperkenalkannya di festival internasional nanti. Perjalanan ini juga adalah bentuk keyakinan kami bahwa cerita rakyat Lombok Utara bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga sumber daya kreatif untuk masa depan, serta ruang eksplorasi dan eksperimentasi yang tak berbatas,” ujar Sibawaihi.
Terpisah, Muhammad Gozali, Direktur Yayasan Pasirputih mengungkapkan, di tengah absennya dukungan struktural, Pasirputih melangkah dengan optimisme. Ia menegaskan, keberangkatan ke Belgia ini adalah bukti bahwa Lombok Utara punya potensi besar, dan jika dirawat bersama, itu akan menjadi cahaya yang menghubungkan lokal dengan global.
"Jika potensi ini dirawat bersama, maka ini dapat menjadi jembatan antara kearifan budaya dan kesenian dengan dunia internasional," tutup Gozali. (tri/daily)
![]() |
Famflet festival internasional Shhh 2025 di Ostend, Belgia |