Iklan

, April 18, 2024 WIB
Last Updated 2024-04-22T03:42:31Z
LingkunganNasionalPariwisata

PWI KLU dan DRC Ekspedisi Rinjani, Pemancing di Aiq Kalak jadi Sorotan | Daily Lombok

Tebing Torean

Daily Lombok Utara - Gunung Rinjani memang menjadi sentral pariwisata di pulau Lombok, banyak pendaki yang mengagung-agungkan keindahan Rinjani. Tak ayal, Rinjani pula disebut sebagai surganya para pendaki. Menggelar perjalanan bertajuk "Jejak Wisata Lombok Utara" Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lombok Utara (KLU) bersama dengan Daygun Research Center (DRC) memiliki catatan tersendiri terkait dengan pariwisata pendakian tersebut. 


Memilih jalur Torean sebagai rute pendakian sekaligus objek perekaman. PWI KLU menggelar perjalanan tersebut pada 13-16 April 2024. Hal ini, dilakukan guna mengarsipkan salah satu jalur pendakian favorit yang kebetulan, memang berada di wilayah Lombok Utara.


"Kami melakukan perjalanan untuk perekaman atau arsip pariwisata, bekerja sama dengan Daygun Research Center, nantinya dokumentasi ini akan berguna bagi riset-riset pariwisata di Lombok Utara," ujar M. Saefudin, Ketua PWI KLU. 


Pria yang akrab disapa David tersebut, kemudian menjelaskan berbagai keindahan Rinjani melalui jalur Torean. Tidak salah jika Rocky Gerung juga mengapresiasi keindahan Rinjani dengan kalimat "Rinjani memiliki keindahan yang kompleks" hal tersebut lantaran Rinjani dinilai memiliki keindahan dari berbagai sudut. 


"Jika anda pernah menonton film Jurassic Park, maka Rinjani adalah dunia Jurassic tanpa dinosaurus," tambahnya. 


Hamparan lembah nan hijau, tirai air terjun sepanjang perjalanan membuat jalur Torean menjadi spesial. Mata air yang terletak di mana-mana membuat pendaki tidak kesulitan mengisi ulang persediaan air. 


Namun, ketika mencapai danau Segara Anak, ada hal yang sedikit mengganggu. Menurut David, persoalan sampah memang menjadi anomali klasik, tapi terlihat volume sampah di Rinjani saat meeka mendaki dinilai masih dalam tahap normal. Sementara, keresahan selanjutnya adalah para pemancing yang berhamburan di berbagai titik, bahkan di titik pemandian Aiq Kalak. 


"Pada problem yang satu ini, hendaknya TNGR memasang papan pengumuman, agar para pemancing cukup memancing di danau saja. Di Aiq Kalak sendiri banyak aktivitas para pendaki, seperti mandi atau buang air, mereka terganggu dengan adanya para pemancing ini," terang David. 


"Ini mesti ditertibkan, agar tidak menimbulkan konflik di saat pendaki beristirahat di danau," pungkasnya. 


Sementara itu, salah satu peneliti dari Daygun Research Center (DRC) Johan Jasmadi mengungkapkan, jalur Torean dikenal dengan jalur ekstrim. Adanya penambahan alat bantu pengamanan seperti tali pegangan, dan plat pijakan cukup membantu pendaki melakukan pendakian. Namun, menurut Johan, keberadaan alat-alat bantu pengamanan tersebut, mesti ditambah pada beberapa titik yang dinilai masih cukup riskan. 


"Dulu, ini semua tidak ada, saya apresiasi pihak TNGR mengadakan semua alat bantu ini, sekarang talinya sudah bagus, plat pijakan juga sudah ada, ada juga tangga besi yang cukup membantu. Tapi, ini mesti ditambah guna meminimalisir resiko kecelakaan," terang Johan. (tri/daily)

Terkini