Iklan

, Februari 20, 2023 WIB
Last Updated 2023-02-20T13:40:00Z
NasionalPariwisataPendidikanSeni Budaya

Drama Musikal Cupak Gurantang, Bangkitkan Hasrat Seni Budaya dalam Wajah Modernitas | Daily Lombok


Resume Pentas Keliling 

"Cupak Gurantang The Musical"

*Oleh: Indah Zulhidayati


Salah satu adegan dalam pementasan Drama Musikal Cupak Gurantang


Kelompok seni Lampaqk Art Community menggelar pentas keliling “Cupak Gurantang, The Musical” di kawasan Taman Baca Pelangi, Merce, Narmada, Lombok Barat, pada Jumat (17/2/2023).  Pementasan ini digelar sebagai bentuk kampanye kebudayaan yang bertujuan untuk kembali menghadirkan kekayaan tradisi di tengah masyarakatnya. Menghadirkan kembali dalam bentuk kebaruannya dengan memperkuat aspek musikal dalam pertunjukannya. Pementasan “Cupak Gurantang, The Musical” diharapkan menjadi sebuah stimulan bagi masyarakat  untuk kembali mengenali seni tradisi yang dimiliki, yaitu Cupak Gurantang itu sendiri. 


Melalui kemasan drama musikal, Cupak Gurantang memberikan sebuah hiburan modern dengan tetap mempertahankan unsur  ketradisiannya. Memberikan  hiburan bagi masyarakat, sekaligus menjadi sebuah media edukasi. Pergerakan semacam ini akan terus dilakukan ke depan, dengan harapan Lampak Art dapat menggandeng komunitas lain dan  saling bersinergi dalam mengembangkan seni budaya di Nusa Tenggara Barat (NTB).


Wayhu Kurnia, M.Sn., selaku penggagas pentas keliling ini menyampaikan akan terus melakukan pentas keliling ke berbagai daerah yang ada di pulau Lombok, dan tidak menutup kemungkinan akan melakukan pementasan di NTT, Bali, dan Jawa.



“Saya Bersama dengan tim akan terus melakukan pentas keliling Cupak Gurantang ini, sajian teater tradisional yang dikemas dengan sebuah drama musical diharapkan mampu memberi warna baru terhadap kesenian teater khususya di Lombok, dan dapat terus menjaga, mempertahankan kesenian tersebut akan kehadirannya. Kedepan insha Allah akan melakukan pementasan di luar pulau Lombok, seperti NTT kemungkinan di tahun ini juga, dan rencana kedepan juga akan diadakan di Bali dan Jawa.” jelas Wahyu (17/2/2023). 


Meski masih terbilang baru, namun kelompok ini telah mampu menggelar pentas keliling ke berbagai tempat di seputaran pulau Lombok, seperti Rangsot KLU, Mataram, dan Kabupaten Lombok Barat. I Gusti Lanang Surya sebagai Astrada pertunjukan ini menyampaikan harapan agar kelompok ini akan terus konsisten dalam menggarap karya dengan konsep drama musikal dengan mengusung lakon-lakon bertema kesejarahan dan tradisi.


“Proses menjadi suatu hal yang penting, hasil adalah perayaan sukacita, Lampaqk Art Comunity ini akan terus berkarya, sekarang kita sedang mejalani proses karya berikutnya, yang diangkat dari naskah kuno," ujar Gusti.


Karya “Cupak Gurantang, the musical” ini merupakan pengembangan dari naskah Cupak Gurantang karya Lalu Gede Suparman. Proyek itu sudah dimulai sejak enam bulan yang lalu. Di dalam perjalanannya, sajian teater  itu terus dilakukan proses penyempurnaan agar benar dapat menjadi  sebuah pertunjukan berkualitas dan mampu memberi dampak positif bagi masyarakat. 


Masyarakat Dusun Merce, Narmada, antusias menyaksikan pagelaran yang berdurasi kurang lebih 2,5 jam ini, tidak ada kebosanan yang terlihat, justru penonton nampak terhibur dengan sajian humor dan ketegangan pada adegan pertarungan Cupak dan Gerantang, serta penculikan putri  oleh raksasa.



Para pemeran dan pemusik  Sebagian besar merupakan  mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratsik UNU NTB, serta beberapa siswa dari SMA yang ada di Lombok. Mereka mampu memerankan karakternya masing-masing dengan maksimal, namun tetap harus ada catatan bagi mereka sendiri, agar permainannya menjadi lebih baik dan berkembang ke depannya. 


Cupak Gurantang merupakan cerita rakyat masyarakat Sasak, dengan mengusung dua tokoh utama dalam kisahnya yaitu Cupak dan Gerantang sebagai tokoh utamanya. Masing-masing tokoh mewakili karakter yang berbeda yaitu baik dan buruk. Tokoh Cupak berkarakter rakus, sedangkan Gerantang berkarakter baik, ringan tangan dalam membantu.


Seiring dengan arus moderenisasi, pertunjukan Cupak Gurantang saat ini sudah jarang dijumpai. Dapat dikatakan, masyarakat khususnya anak-anak muda atau remaja tidak begitu mengetahui dan mengenalinya. Wahyu melihat ini sebagai sebuah kekhawatiran terhadap potensi punahnya kesenian tersebut.  Hal itu akhirnya menginisiasi mereka untuk mengembangkan kesenian tersebut dalam sebuah sajian drama musikal.  Mengingat remaja Lombok khususnya menyukai sajian bernuansa musik. (*) 

Terkini