Iklan

Redaksi Daily Lombok
, Desember 11, 2025 WIB
Last Updated 2025-12-11T12:51:42Z
EkonomiLingkunganNasionalPariwisataPendidikanPolitik

Konferensi Internasional IAIH Pancor, Bahas Ketahanan Sosial dan Dinamika Dakwah di Era Perubahan | Daily Lombok


Daily Lombok Timur – Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor sukses menggelar International Conference on Social Humanities (ICSH) 2025. Mengusung tema “Resilience and Harmony: Navigating Social Change, Humanities and Da’wa”, konferensi internasional ini menjadi forum untuk mengkaji ketahanan sosial, perubahan kemanusiaan, dan tantangan dakwah di tengah pesatnya dinamika zaman.


Acara utama ICSH 2025 berlangsung di Ruang Rapat Lantai 3 IAIH Pancor pada Kamis, (11/12/2025), dihadiri akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara.


Ketua Panitia ICSH 2025, Daeng Sani Ferdiansyah, M. Sos., dalam sambutannya menegaskan bahwa konferensi ini digagas untuk memperkuat kontribusi nyata akademisi terhadap isu-isu sosial kontemporer. Ia menilai perguruan tinggi memiliki peran krusial dalam memberikan arah dan solusi atas perubahan sosial yang cepat.


“Konferensi ini bukan sekadar forum ilmiah, tetapi ruang kolaborasi untuk membaca ulang kondisi sosial kita. Melalui pertukaran gagasan, riset, dan dialog lintas negara, kita berharap dapat merumuskan perspektif baru yang relevan bagi masyarakat,” ujar Daeng Sani.


Ia menambahkan, ICSH 2025 dirancang sebagai platform berkelanjutan untuk mengkaji harmonisasi nilai kemanusiaan dalam konteks perubahan zaman. 


“Kami ingin ICSH 2025 menjadi tradisi akademik yang konsisten, yang tidak hanya memotret masalah, tetapi juga menawarkan arah perbaikan,” tegasnya.


Sementara itu, Rektor IAIH Pancor, Dr. Tuan Guru Bajang (TGB). H. M. Zainul Majdi, MA., menilai tema konferensi sangat relevan dengan perubahan sosial yang fundamental di berbagai lapisan masyarakat. Pria yang kerap disapa TGB ini menyoroti pergeseran karakter audiens dakwah yang kini jauh lebih kritis.


Ia membagikan refleksinya, menyebut audiens saat ini jauh berbeda dibanding ketika ia pulang dari Kairo pada tahun 1997. “Sekarang audiens mempertanyakan banyak hal yang dulu dianggap aksioma atau postulat. Pertanyaan jamaah pun bergeser dari isu domestik ke isu global,” ucapnya.


Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menuntut para pendakwah, akademisi, dan pemimpin publik untuk memperkuat kapasitas keilmuan serta sensitivitas sosial. 


“Kita tidak bisa lagi berdakwah dengan pendekatan lama. Masyarakat kini menuntut argumentasi, data, dan kedalaman pandangan,” tegasnya.


Ancaman Misinformasi dan Etika AI

Hadir sebagai pembicara tamu, Dekan FMKK Universitas Islam Selangor, Malaysia, Dr. Juzlinda Moh Ghazali, menyoroti pentingnya literasi digital dan etika kecerdasan buatan (AI) dalam menjaga ketahanan sosial. Ia mengingatkan bahwa adaptasi teknologi berkembang sangat cepat, terutama di kalangan populasi Muslim yang 60 persennya berusia di bawah 30 tahun.


Dr. Juzlinda menyampaikan kekhawatiran atas dampak teknologi pada pola konsumsi informasi. “Masyarakat mengonsumsi lebih banyak informasi, tetapi menyerap lebih sedikit kebijaksanaan. Kita semakin terhubung secara digital, namun semakin terputus secara emosional,” kata akademisi dari Malaysia ini.


Ia menekankan perlunya kerangka etika AI dan literasi digital untuk mengurangi risiko misinformasi, manipulasi, dan kecanduan digital pada generasi muda. 


“Kita tidak boleh hanya menjadi pengguna, tetapi harus menjadi pembentuk dan penjaga etis AI,” pungkasnya. (tik/daily)

Terkini